Kebudayaan Toraja
Suku
toraja adalah suku yang menetap dipegunungan bagian utara Sulawesi selatan,
indonesia. Mayoritas suku toraja memeluk agama kristen, sementara sebagian
menganut islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Kata
toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti “orang yang berdiam di
negeri atas”. Suku toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan
dan ukiran kayunya.
Dalam
masyarakat toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan
berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorangmaka biaya upacara
pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan
yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang
bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa
hari dan harus membeli kerbau sesuai jumlah anaknya (jika yang meninggal sudah
mempunyai anak). Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya
disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat
yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman
lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian,
lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang
dilakukan oleh suku toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman
anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah. Upacara pemakaman ini
kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga
yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.
Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan
disimpan dibawah tongkonan. Arwah orang meninggal dipercaya tetap tinggal
didesa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan
perjalanan ke Puya (dunia arwah, atau akhirat).
Rumah
adat tradisional yang ada di Toraja yaitu Tongkonan. Tongkonan berdiri di atas
tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata
“tongkonan” berasal dari bahasa Toraja tongkon (“duduk”). Tongkonan merupakan
pusat kehidupan sosial suku toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan
sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku toraja oleh karena itu semua
anggota keluarga diharuskan ikut serta karena tongkonan melambangkan hubungan
mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat toraja, tongkonan pertama
dibangun disurga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku toraja turun ke
bumi,dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar. Pembangunan
tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan dengan
bantuan keluarga besar. Ada dua jenis tongkonan, Tongkonan layuk adalah tempat
kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan
pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam
adat dan tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal ditongkonan
batu.
Narasumber : Sischa nadia lepong bulan
Komentar
Posting Komentar