Akulturasi Budaya (Masjid Kudus) - Pertemuan 2
Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamata
Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M atau
956 H. pendirinya adalah Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan
Kudus. Dia adalah salah satu dari Walisanga, penyebar agama Islam di
Jawa. Masjid Kudus memiliki luas ± 2.400 m2. Keadaan tanah berupa sebidang
tanah pekarangan yang datar yang diatasnya didirikan masjid dan
menara. Batas yang memisahkan masjid dengan lingkungan sekitarnya adalah
di sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan pemukiman
penduduk,sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan jalan raya.
Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh para
pedagang, yang dipelopori oleh Maulana Maghribi, yang lebih dikenal dengan nama
Maulana Malik Ibrahim. Beliau menyebarkan Islam tidak hanya sendiri, melainkan
bersama-sama dengan yang lain atau biasa disebut dengan Wali Songo. Wali-wali
tersebut menyampaikan risalah Islam dengan cara yang berbeda, salah diantaranya
adalah yang kita kenal dengan Ja'far Shodiq atau biasa disebut dengan Kanjeng
Sunan Kudus.
Masjid Menara Kudus
merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran
Islam di Tanah Jawa. Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang
merupakan penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita
ketahui, sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan
peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh
Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme).
Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan
Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong
unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara
dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.
Menurut sejarah, Masjid
Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq ialah putera dari
R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung di Jipang Panolan (ada yang
mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora). Sunan Kudus kawin dengan
Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban.
R.Makdum Ibrahim adalah putera R.Rachmad (Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim.
Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus
selain dikenal seorang ahli agama juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu
hadist dan ilmu fiqh. Karena itu, diantara kesembilan wali, hanya beliau yang
terkenal sebagai "Waliyil Ilmi". Adapun cara Sunan Kudus menyebarkan
agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari
penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah,
Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika
kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng
Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan
sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang
menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat
ini.
Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau
Ja'far Shodiq ialah putera dari R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung
di Jipang Panolan (ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah
utara Blora). Sunan Kudus kawin dengan Dewi Rukhil, puteri dari R.Makdum
Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban. R.Makdum Ibrahim adalah putera R.Rachmad
(Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim. Dengan demikian Sunan Kudus adalah
menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus selain dikenal seorang ahli agama
juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu hadist dan ilmu fiqh. Karena itu,
diantara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai "Waliyil
Ilmi". Adapun cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan
kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih
memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah, Sapi merupakan hewan yang
sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di
pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga
diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah
Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan
terhadap agama Hindu.
Penghormatan lain adalah
diwujudkan dalam bentuk bangunan menara masjid yang bercorak Hindu. Menurut
sejarah, masjid Kudus dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H. Hal ini
terlihat dari batu tulis yang terletak di Pengimaman masjid, yang bertuliskan
dan berbentuk bahasa Arab, yang sukar dibaca karena telah banyak huruf-huruf
yang rusak. Batu itu berperisai, dan ukuran perisai tersebut adalah dengan
panjang 46 cm, lebar 30 cm. Konon kabarnya batu tersebut berasal dari
Baitulmakdis ( Al Quds ) di Yerussalem - Palestina. Dari kata Baitulmakdis
itulah muncul nama Kudus yang artinya suci, sehingga masjid tersebut dinamakan
masjid Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota Kudus.
Masjid Menara Kudus ini
terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri.
Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang
besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini
tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918 - an telah
direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk
"padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan
sebagai tempat wudhu. Masih menjadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam
tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk
mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak
di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid
terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai
"Lawang kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas
kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion.
Cerita mengenai menara
Kudus pun ada berbagai versi, ada pendapat yang mengatakan," bahwa menara
Kudus adalah bekas candi orang Hindu,". Buktinya bentuknya hampir mirip
dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan kira-kira tahun
1250 atau mirip dengan Candi Singosari. Pendapat lain mengatakan kalau dibawah
menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan. Kenapa ?
karena mahluk hidup yang telah mati kalau dimasukkan dalam mata air tersebut
menjadi hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan, ditutuplah mata
air tersebut dengan bangunan menara. Menara Kudus itu tingginya kira-kira 17
meter, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang
kesemuanya berjumlah 32 buah banyaknya. 20 buah diantaranya berwarna biru serta
berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya
berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang
terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Tentang
bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu
Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian : (1) Kaki (2)
Badan dan (3) Puncak bangunan. Dihiasi pula dengan seni hias, atau artefix (
hiasan yang menyerupai bukit kecil ).
Komentar
Posting Komentar